Data Ekonomi Memburuk: Pemadaman Data Ekonomi Indonesia Semakin Parah

The Economy's Data Blackout Is About To Get Worse


Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan serius terkait dengan ketersediaan data ekonomi yang akurat. Pemadaman data ini menghambat kemampuan para pembuat kebijakan untuk merespons perubahan ekonomi yang cepat, yang berpotensi memperburuk kondisi ekonomi secara keseluruhan.

Dampak Pemadaman Data terhadap Pasar Tenaga Kerja

Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) di Amerika Serikat, yang sering menjadi acuan, tidak merilis laporan pekerjaan bulanan mereka pada hari Jumat karena penutupan pemerintah. Hal ini menyebabkan publik tidak memiliki informasi tentang kondisi pasar kerja. Data ini sangat krusial, karena berdampak langsung pada pengambilan kebijakan moneter oleh Federal Reserve.

Penundaan perilisan data ini juga berimbas pada data inflasi. Kurang dari dua minggu, BLS seharusnya merilis laporan bulanan tentang Indeks Harga Konsumen (CPI), yang merupakan ukuran inflasi yang paling banyak dipantau. Penundaan rilis data ini akan semakin mempersulit upaya pemerintah untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi.

Alternatif Data Sektor Swasta

Meskipun data resmi pemerintah tertunda, terdapat beberapa alternatif data yang bersumber dari sektor swasta. Perusahaan sektor swasta mempublikasikan ukuran alternatif pasar kerja. Meskipun demikian, terdapat lebih sedikit ukuran inflasi dari sektor swasta yang dapat diandalkan. Namun demikian, data dari ADP, penyedia penggajian, dapat dijadikan alternatif untuk data pekerjaan, meskipun dianggap kurang komprehensif dibandingkan data dari BLS.

Dampak bagi Federal Reserve dan Pengambilan Kebijakan

Pemadaman data ini menjadi tantangan bagi para pejabat Federal Reserve yang sedang berupaya menavigasi ekonomi melalui periode peningkatan pengangguran dan inflasi yang tinggi. Ketidaktersediaan data resmi dapat menyebabkan kenaikan pengangguran atau inflasi yang parah tidak terpantau. Hal ini dapat menunda respons Federal Reserve, yang menetapkan suku bunga utama untuk menjaga inflasi tetap rendah dan lapangan kerja tetap tinggi.

Dilema Suku Bunga dan Prediksi Pasar

Para pejabat harus memutuskan apakah akan menurunkan suku bunga dana federal, seperti yang mereka lakukan pada bulan September, untuk menurunkan biaya pinjaman dan meningkatkan pasar kerja, atau mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama untuk memerangi inflasi. Pada hari Jumat, pasar keuangan memperkirakan ada 95% kemungkinan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal akan melakukan pemotongan suku bunga, menurut alat FedWatch dari CME Group, yang memperkirakan pergerakan suku bunga berdasarkan data perdagangan berjangka dana federal. Keputusan yang diambil Federal Reserve menjadi lebih sulit karena pemadaman informasi.

Data Alternatif dan Tantangan Pengukuran Inflasi

Beberapa alternatif data yang berasal dari sektor swasta dapat menjadi solusi. Truflation, sebuah perusahaan mata uang kripto, menawarkan alternatif untuk CPI yang dipublikasikan setiap hari, bukan bulanan. Indeks Truflation didasarkan pada 18 juta harga yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Truflation secara konsisten menunjukkan kenaikan harga yang lebih rendah daripada CPI. Sebagai contoh, ukuran harga konsumen mereka meningkat 2,3% selama setahun pada akhir Agustus. Angka ini lebih rendah dari data CPI terbaru, yang menunjukkan kenaikan tahunan 2,9% pada bulan tersebut.

Indeks Harga dari Institute for Supply Management

Institute for Supply Management (ISM) juga menerbitkan indeks harga yang dibayarkan oleh perusahaan di sektor manufaktur dan jasa, yang dipantau dengan cermat oleh para ekonom dan pembuat kebijakan. Survei ISM pada layanan hari Jumat menunjukkan 39,9% perusahaan mengatakan harga yang mereka bayarkan untuk bahan dan layanan naik pada bulan September, dibandingkan hanya 3,2% yang mengatakan harga mereka turun, yang menunjukkan bahwa pajak impor Presiden Donald Trump masih memicu inflasi.

Kesimpulan: Menavigasi di Tengah Kegelapan Data

Ketidakpastian terkait dengan data ekonomi ini mempersulit para pembuat kebijakan. Ketidaktersediaan data yang akurat dan tepat waktu menghambat kemampuan mereka untuk membuat keputusan yang tepat. Semakin lama pemadaman data berlangsung, semakin sulit bagi pemerintah untuk memahami kondisi ekonomi yang sebenarnya dan mengambil tindakan yang diperlukan.

Sebagai Austan Goolsbee, presiden Federal Reserve Bank of Chicago, katakan pada hari Jumat, “Semakin lama kita berjalan tanpa statistik resmi, semakin buta kita terhadap apa yang terjadi dalam perekonomian.” Kondisi ini menggarisbawahi urgensi untuk mengatasi masalah pemadaman data dan memastikan ketersediaan data ekonomi yang akurat dan transparan bagi publik dan pembuat kebijakan.

Posting Komentar untuk "Data Ekonomi Memburuk: Pemadaman Data Ekonomi Indonesia Semakin Parah"