PT Pertamina (Persero) dengan tegas membantah tuduhan yang menyebut perusahaan tidak membangun kilang minyak. Penegasan ini disampaikan sebagai respons atas pernyataan yang sebelumnya dilontarkan oleh Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, dalam sebuah rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI.
Kilang Balikpapan: Bukti Nyata Komitmen Pertamina
Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, menjelaskan bahwa Pertamina saat ini tengah fokus pada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) kilang Balikpapan. Proyek strategis ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi kilang secara signifikan.
Peningkatan Kapasitas Produksi Signifikan
Kilang Balikpapan, yang berlokasi di Kalimantan Timur, menjadi bukti nyata komitmen Pertamina dalam memperkuat infrastruktur energi nasional. Agung Wicaksono mengungkapkan bahwa proyek RDMP ini akan meningkatkan kapasitas produksi kilang menjadi 360 ribu barel per hari. Ini merupakan peningkatan yang signifikan dari kapasitas sebelumnya, yaitu 260 ribu barel per hari.
“Kalau dibilang Pertamina nggak bangun kilang, bangun kilang. Balikpapan akan segera selesai, (kapasitas produksi) naik dari 260 ribu (barel per hari) ke 360 ribu,” ujar Agung, saat ditemui di JW Marriott, Jakarta, pada Jumat pekan lalu. Pernyataan ini sekaligus menepis keraguan publik terhadap komitmen Pertamina.
Progres Pembangunan dan Target Operasi
Hingga saat ini, progres pembangunan kilang Balikpapan telah mencapai 96%. Proyek senilai US$ 7,4 miliar ini ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2025. Keberhasilan proyek ini akan sangat krusial dalam upaya memenuhi kebutuhan energi dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak.
Tantangan dan Strategi Pertamina
Agung Wicaksono juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam bisnis kilang, termasuk kebutuhan investasi yang besar dan risiko yang tinggi. Ia menjelaskan bahwa kondisi global saat ini, termasuk oversupply pada kapasitas produksi kilang, menjadi perhatian utama.
Dampak Oversupply dan Persaingan
“Kondisi oversupply yang disebutkan oleh Pak Menkeu itu memang saat ini masih terjadi. Makin banyak kilang di dunia ini selesai dibangun. Dan kilang-kilang ini tentunya semakin efisien. Kilang-kilang yang semakin efisien ini biayanya makin kompetitif. Dan akibatnya kilang-kilang yang lama itu menjadi kurang kompetitif dan bisa jadi ditutup,” beber Agung.
Pendekatan Hati-hati dalam Investasi
Menghadapi tantangan tersebut, Agung menekankan pentingnya pendekatan yang hati-hati dalam berinvestasi di proyek kilang. Pertamina, menurutnya, menjalankan dorongan dari pemerintah dengan mempertimbangkan risiko ekonomi dan bisnis yang ada.
“Ini menunjukkan bahwa Pertamina menjalankan dorongan dari pemerintah, namun dengan penuh kehati-hatian mempertimbangkan resiko yang ada di dunia, baik resiko yang sifatnya ekonomi, juga resiko bisnis,” tuturnya.
Tantangan Masa Depan Industri Kilang
Selain tantangan oversupply, Agung juga menyinggung beberapa faktor lain yang memengaruhi bisnis kilang, termasuk penurunan permintaan energi fosil seiring dengan pertumbuhan ekosistem mobil listrik. Konflik yang masih terjadi di berbagai wilayah juga berkontribusi pada penipisan margin bisnis kilang.
Menghadapi Perubahan Industri
Pertamina menyadari perubahan yang terjadi dalam industri energi dan terus beradaptasi untuk memastikan keberlanjutan bisnisnya. Upaya ini mencakup investasi dalam teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan, serta diversifikasi portofolio bisnis untuk mengurangi risiko.
Kilang Balikpapan, dengan peningkatan kapasitas produksi dan teknologi modern, menjadi bukti nyata komitmen Pertamina dalam menghadapi tantangan masa depan industri energi. Proyek ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan energi nasional, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat Indonesia.
Posting Komentar untuk "Pertamina Tegaskan Komitmen: Kilang Balikpapan Bukti Nyata Pembangunan Infrastruktur Energi"