Bisnis Kilang Tak Mati: Industri Tetap Bertahan di Era Transisi Energi

Bisnis Kilang Tak Mati Meski Dunia Berhenti Pakai BBM


Industri kilang minyak di Indonesia dipastikan tetap relevan dan memiliki prospek cerah, meskipun dunia sedang bergerak menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT). Pandangan bahwa industri kilang akan mati karena transisi energi tidak sepenuhnya akurat. Justru, kapasitas kilang dunia terus mengalami peningkatan.

Hal ini diungkapkan oleh Prayitno, PTH Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis dan Direktur Manajemen Risiko PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi yang bertajuk “Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Hilirisasi, Transisi dan Ketahanan Energi” yang diselenggarakan oleh E2S pada Rabu, 19 November 2025.

Pergeseran Orientasi Produksi Kilang

Prayitno menjelaskan bahwa tren global menunjukkan adanya peningkatan kapasitas kilang di berbagai wilayah, terutama di Eropa. Pergeseran utama yang terjadi adalah orientasi produksi, dari bahan bakar minyak (BBM) ke petrokimia. Di sisi lain, kebutuhan BBM masih mendominasi di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, India, dan China.

“Artinya bisnis kilang tidak akan selesai. Bahkan kalau dunia berhenti memakai BBM sekalipun, kilang dapat beralih memproduksi petrokimia. Jadi tidak benar bahwa kilang akan berakhir karena transisi energi,” tegas Prayitno.

Peningkatan Fleksibilitas dan Kompleksitas Kilang

Prayitno juga menyoroti pentingnya peningkatan fleksibilitas melalui indeks kompleksitas Nelson Complexity Index (NCI). Indonesia saat ini memiliki dua kilang dengan tingkat kompleksitas tertinggi, yaitu Cilacap dan Balongan, dengan NCI sekitar 11,7.

Kompleksitas yang tinggi ini menjadi alasan utama KPI terus mendorong proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) sebagai langkah modernisasi kilang. Pembangunan dan revitalisasi kilang memerlukan investasi besar dan waktu yang panjang, karena kompleksitas teknisnya jauh di atas industri manufaktur lainnya.

Tantangan dan Solusi: Harga BBM dan Kompensasi

KPI menghadapi tantangan terkait kebijakan harga BBM yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, harga RON 90 yang secara keekonomian seharusnya berada di kisaran Rp 12.000 - Rp 12.500 per liter, namun dijual dengan harga Rp 10.000.

Selisih harga yang signifikan ini memberikan tekanan pada kas perusahaan. Cashflow sangat penting karena aliran dana kilang sangat terkait dengan stabilitas operasional nasional. Konsumsi BBM nasional saat ini mencapai sekitar 81 miliar liter per tahun, sehingga disparitas harga yang mencapai Rp2.000 sampai Rp2.500 per liter harus ditutup melalui mekanisme kompensasi pemerintah.

Cadangan Energi dan Perbandingan dengan Negara Lain

Indonesia saat ini belum memiliki strategis petroleum reserve (SPR) seperti Korea Selatan atau Jepang, yang mampu menyimpan cadangan energi untuk 3 hingga 6 bulan. Indonesia hanya memiliki stok operasional 20-23 hari yang dimiliki oleh badan usaha.

“Dan itu setara dana menganggur sekitar Rp80 triliun untuk Pertamina,” tambah Prayitno. Prayitno juga menyoroti perbedaan perlakuan pemerintah terhadap perusahaan migas nasional. Menurutnya, Petronas di Malaysia tumbuh lebih cepat karena mendapat perhitungan time value of money atas penugasan negara, sementara Pertamina sering dibebani kewajiban tanpa skema kompensasi yang sama.

Dukungan Perbankan dan Prospek Industri Fosil

Pembiayaan proyek kilang juga menghadapi tantangan dari sektor perbankan. Beberapa bank nasional sempat mendeklarasikan tidak ingin lagi membiayai industri fosil.

Baca Juga: Pertamina Tegaskan Komitmen: Kilang Balikpapan Bukti Nyata Pembangunan Infrastruktur Energi

“Namun demikian KPI tetap mendapat dukungan dari sindikasi perbankan, dan ke depan industri fosil masih memiliki ruang yang kuat,” ujar Prayitno. Executive Director Reforminer Institute Komadi Notonegoro menambahkan bahwa industri kilang memiliki dampak luas bagi perekonomian. Ia menyebutkan 183 dari 185 sektor ekonomi nasional terkait dengan produk kilang.

Dampak Ekonomi Industri Kilang

“Investasi di kilang memiliki multiplier effect 9,6 kali lipat. Artinya, investasi Rp1 triliun di kilang menghasilkan nilai tambah ekonomi hingga Rp9,6 triliun,” jelas Komaidi.

Nilai tambah ini berasal dari pergerakan sektor pendukung, industri pengguna, kegiatan daerah, hingga penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, Komadi menolak pandangan bahwa pembangunan kilang tidak diperlukan karena produksi minyak Indonesia terus menurun.

Mengimpor Minyak Mentah: Solusi Lebih Efektif

Komadi berpendapat bahwa lebih baik Indonesia mengimpor minyak mentah daripada mengimpor BBM, karena selisih harga bisa mencapai 15 sampai 20 dolar AS per barel.

“Dengan mengimpor minyak mentah, kita hemat devisa. Negara kita sangat sensitif terhadap perubahan kurs karena 70 persen industrinya bergantung pada komponen impor,” tegasnya.

Langkah KPI Mendukung Energi Bersih

Dalam sesi tanya jawab, KPI juga memaparkan langkah lanjutan untuk mendukung energi bersih. Salah satunya adalah pemanfaatan minyak jelantah sebagai bahan baku Sustainable Aviation Fuel (SAF).

“Kami sudah uji coba. Unit di Cilacap sudah siap menghasilkan komponen SAF 2,5 persen,” kata Prayitno. KPI kini sedang mencari mitra penyedia minyak jelantah berkualitas agar pasokan SAF berkelanjutan.

Pengembangan Petrokimia dan Peningkatan Keselamatan

Untuk pengembangan petrokimia, KPI tengah menyiapkan peningkatan kapasitas propilen dan polipropilen melalui proyek RFCC serta kerja sama dengan Polytama di Balongan. Selain itu, proyek olefin TPPI juga diproyeksikan menjadi tulang punggung produksi petrokimia nasional.

Menanggapi isu keselamatan, KPI menekankan bahwa peningkatan aspek Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) menjadi prioritas utama. KPI menerapkan Asset Integrity Management System (AIMS), pemasangan detektor gas dan api (FGDS), serta penangkal petir tambahan di seluruh kilang.

“Aset berusia tua harus dijaga reliabilitasnya. Kita terus meningkatkan instrumentasi untuk mendeteksi dini potensi bahaya,” tegas Prayitno.

BRITISH PROPOLIS | Suplemen Terbaik Alami

British Propolis Slide 1 British Propolis Slide 2 British Propolis Slide 3

Nama Produk: BRITISH PROPOLIS REGULER

Rp. 250.000/botol

(Gratis ONGKIR untuk Pulau Jawa)

Manfaat British Propolis:

  • Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Berperan sebagai antibiotik alami dan detoksifikasi tubuh.
  • Membantu mempercepat penyembuhan luka bakar dan luka kulit lainnya.
  • Membantu mengatasi gangguan pencernaan ringan seperti sakit maag.
  • Sebagai pelengkap terapi untuk kondisi seperti diabetes, kolesterol tinggi, asam urat, dan beberapa jenis kanker (tetap harus dikonsultasikan dengan dokter).
  • Pada anak-anak, British Propolis Green dikhususkan untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan menjaga imunitas dari flu, batuk, dan radang amandel.

Posting Komentar untuk "Bisnis Kilang Tak Mati: Industri Tetap Bertahan di Era Transisi Energi"