:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3504864/original/048171300_1625731008-042390000_1519626842-1.jpg)
FINANSIALFAMILY - - Pasar kripto kembali dilanda turbulensi, dengan Bitcoin (BTC) mengalami koreksi harga yang signifikan. Setelah berbulan-bulan mengalami kenaikan yang menggembirakan, Bitcoin tiba-tiba anjlok di bawah level penting USD 90.000, menyeret aset digital lainnya dalam penurunannya. Laporan terbaru dari JPMorgan memberikan wawasan berharga tentang penyebab di balik penurunan ini, yang ternyata berasal dari sumber yang tidak terduga.
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh JPMorgan, koreksi pasar kali ini bukanlah didorong oleh investor institusional seperti yang sering terjadi di masa lalu. Sebaliknya, penurunan harga Bitcoin didorong oleh aksi jual dari investor ritel, sebuah fenomena yang menimbulkan pertanyaan baru tentang keberlanjutan reli kripto di tahun 2025.
Pemicu Utama: Aksi Jual ETF Bitcoin oleh Investor Ritel
Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat (21/11/2025), koreksi pasar yang terjadi dipicu oleh aksi jual besar-besaran ETF Bitcoin dan Ether dari kalangan investor ritel. JPMorgan mencatat bahwa sekitar USD 4 miliar keluar dari spot ETF sepanjang November, sebuah angka yang belum pernah tercatat sebelumnya dalam sejarah pasar kripto.
Berbeda dengan koreksi sebelumnya yang seringkali dikaitkan dengan tindakan hedge fund atau trader profesional, kali ini justru dompet-dompet kecil dari investor ritel yang memulai penurunan. Hal ini menunjukkan perubahan dinamika pasar dan bagaimana perilaku investor ritel dapat berdampak signifikan pada pergerakan harga Bitcoin.
Perbedaan dengan Koreksi Sebelumnya
Pada bulan Oktober, tekanan harga berasal dari deleveraging pada kontrak futures perpetual, yang umumnya digunakan oleh pemain kripto berpengalaman. Namun, November menghadirkan pola yang sangat berbeda, di mana ETF yang mudah diakses publik justru menjadi pintu keluar terbesar bagi investor ritel.
Motif di balik aksi jual ini bervariasi, mulai dari keinginan untuk mengambil keuntungan setelah tahun yang kuat bagi Bitcoin, hingga kelelahan menghadapi volatilitas tinggi yang menjadi ciri khas pasar kripto. Investor ritel mungkin merasa perlu untuk mengamankan keuntungan mereka atau mengurangi eksposur terhadap risiko pasar yang terus berfluktuasi.
Level Kritis: USD 94.000 dan Dampaknya
Gelombang aksi jual ETF semakin dipercepat ketika harga Bitcoin turun menembus level penting USD 94.000. Menurut JPMorgan, angka ini setara dengan estimasi biaya produksi Bitcoin, yang menjadi patokan psikologis bagi banyak investor.
Ketika level ini ditembus, aksi ambil untung semakin meningkat dan memicu kepanikan di pasar. Hal ini menyebabkan lebih banyak investor menjual Bitcoin mereka, sehingga mempercepat penurunan harga dan menciptakan efek domino di seluruh pasar kripto.
Biaya Produksi dan Kepercayaan Pasar
Dalam sejarahnya, koreksi tajam sering terjadi ketika harga Bitcoin jatuh di bawah biaya produksinya. Kondisi ini dapat mengancam profitabilitas penambang Bitcoin dan menggoyahkan kepercayaan pasar secara keseluruhan.
Baca Juga: Harga Kripto 1 Oktober 2025: Bitcoin dan Ethereum Merosot, Pasar Melemah
Dalam situasi ini, ETF yang seharusnya menjadi instrumen investasi yang aman justru berubah menjadi kanal penjualan besar karena sifatnya yang likuid dan mudah diakses. Investor dapat dengan mudah menjual saham ETF mereka, yang pada gilirannya mendorong penurunan harga Bitcoin.
Skenario JPMorgan untuk Pergerakan Bitcoin Mendatang
JPMorgan mengidentifikasi tiga kemungkinan skenario untuk pergerakan harga Bitcoin dalam beberapa minggu mendatang, yang masing-masing memiliki implikasi berbeda bagi investor.
Pertama, setelah mengalami kondisi oversold, harga Bitcoin dapat memantul dan menarik investor baru. Level harga saat ini mungkin bahkan dianggap menarik bagi institusi yang belum sepenuhnya masuk ke pasar kripto.
Skenario Potensial Lainnya
Kedua, jika aksi jual ETF berlanjut, pasar derivatif bisa mengalami likuidasi berantai. Dalam situasi ini, harga Bitcoin berpotensi menguji support yang lebih rendah, bahkan hingga kisaran USD 80.000.
Ketiga, penurunan harga ini dapat menjadi kesempatan bagi pemain besar untuk menambah posisi Bitcoin dengan harga yang lebih murah. Jika ini terjadi, langkah tersebut dapat mengembalikan kepercayaan pasar dalam jangka menengah.
Kesimpulan: Ritel sebagai Penggerak Utama Penurunan
Koreksi harga Bitcoin di bawah USD 90.000 menunjukkan bahwa investor ritel, yang sebelumnya dianggap sebagai pendukung kuat Bitcoin, kini justru mempercepat penurunan harga.
Pertanyaan besarnya adalah apakah ini hanya siklus sementara atau tanda bahwa investor ritel mulai menjauh dari pasar kripto? Jawabannya akan sangat penting untuk menentukan arah pasar Bitcoin di masa mendatang.
Analisis dari JPMorgan memberikan pandangan yang berharga tentang dinamika pasar kripto saat ini, serta pentingnya memahami perilaku investor ritel. Investor perlu memantau perkembangan pasar dengan cermat dan mempertimbangkan risiko sebelum membuat keputusan investasi.
BRITISH PROPOLIS | Suplemen Terbaik Alami
Nama Produk: BRITISH PROPOLIS REGULER
Rp. 250.000/botol
(Gratis ONGKIR untuk Pulau Jawa)
Manfaat British Propolis:
- Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
- Berperan sebagai antibiotik alami dan detoksifikasi tubuh.
- Membantu mempercepat penyembuhan luka bakar dan luka kulit lainnya.
- Membantu mengatasi gangguan pencernaan ringan seperti sakit maag.
- Sebagai pelengkap terapi untuk kondisi seperti diabetes, kolesterol tinggi, asam urat, dan beberapa jenis kanker (tetap harus dikonsultasikan dengan dokter).
- Pada anak-anak, British Propolis Green dikhususkan untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan menjaga imunitas dari flu, batuk, dan radang amandel.
Posting Komentar untuk "Bitcoin (BTC) Runtuh: JPMorgan Ungkap Penyebab di Balik Penurunan Harga"