OJK Jatim: Disiplin Menabung Kunci Utama Keuangan Sehat, Hindari FOMO!

OJK Jatim: Disiplin menabung kunci keuangan sehat - ANTARA News


Surabaya, Jawa Timur (ANTARA) – Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur melalui Direktur Divisi Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen, Indrawan Nugroho U, menekankan pentingnya disiplin dalam menabung sebagai kunci utama untuk mencapai keuangan yang sehat dan stabil. Pernyataan ini disampaikan di Surabaya, Jawa Timur, pada Kamis, menggarisbawahi urgensi pengelolaan keuangan yang bijak bagi masyarakat.

Perencanaan Keuangan: Menabung Sejak Awal

Indrawan Nugroho U menegaskan bahwa menabung bukanlah sesuatu yang dilakukan setelah semua kebutuhan terpenuhi, melainkan harus direncanakan sejak awal penerimaan pendapatan. Hal ini berarti menyisihkan sebagian dari penghasilan untuk tabungan atau investasi sebelum digunakan untuk keperluan lain. Dengan perencanaan yang matang, tujuan finansial seperti membeli rumah, pendidikan anak, atau persiapan pensiun dapat lebih mudah tercapai.

Skema Proporsional dalam Pengelolaan Keuangan

Sebagai contoh, Indrawan memberikan skema sederhana dalam mengelola keuangan. Skema ini bisa menjadi panduan bagi masyarakat untuk mengatur keuangan mereka secara efektif. Skema tersebut meliputi:

  • 10-20% untuk tabungan atau investasi: Alokasi dana untuk masa depan dan pengembangan aset.
  • 30% untuk cicilan utang: Mengelola kewajiban finansial agar tidak memberatkan.
  • 40% untuk kebutuhan sehari-hari: Memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, transportasi, dan kebutuhan rumah tangga.

Dengan konsisten menerapkan skema ini, keuangan akan lebih teratur dan tujuan finansial akan lebih cepat tercapai.

Menghindari Perilaku Konsumtif: Waspadai FOMO

Indrawan mengakui bahwa banyak masyarakat yang merasa kesulitan menabung karena pendapatan yang terbatas. Namun, ia juga menyoroti pentingnya mengendalikan perilaku konsumtif. Pola konsumsi yang tidak terkendali, terutama yang dipicu oleh fear of missing out (FOMO), dapat menghambat kemampuan menabung. FOMO mendorong individu untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, hanya karena ingin terlihat mengikuti tren.

Dampak Buruk FOMO terhadap Keuangan

Perilaku konsumtif yang didorong oleh FOMO dapat menyebabkan:

  • Pembengkakan pengeluaran: Membeli barang-barang mahal yang sebenarnya ada alternatif lebih murah.
  • Penurunan kemampuan menabung: Dana yang seharusnya ditabung malah digunakan untuk memenuhi keinginan sesaat.
  • Terhambatnya pencapaian tujuan finansial: Tujuan keuangan seperti membeli rumah atau berinvestasi menjadi sulit tercapai.

Oleh karena itu, Indrawan menekankan pentingnya memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, serta menabung terlebih dahulu sebelum berbelanja.

Investasi yang Cermat: Reksa Dana untuk Pemula

Bagi masyarakat yang ingin berinvestasi, Indrawan menyarankan untuk memperhatikan aspek logis dan legal. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming keuntungan besar yang tidak masuk akal. Untuk pemula, reksa dana bisa menjadi pilihan yang lebih aman karena risikonya lebih rendah dibandingkan saham. Namun, ia mengingatkan agar tidak menginvestasikan seluruh uang sekaligus. Investasi perlu dilakukan secara bertahap dan diversifikasi untuk mengurangi risiko.

Analogi Reksa Dana vs Saham

Indrawan mengibaratkan reksa dana seperti membeli rujak yang sudah berisi aneka buah, sedangkan saham seperti membeli satu jenis buah. Diversifikasi dalam investasi, seperti tidak menaruh semua telur dalam satu keranjang, sangat penting untuk mengurangi risiko kerugian.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Posting Komentar untuk "OJK Jatim: Disiplin Menabung Kunci Utama Keuangan Sehat, Hindari FOMO!"