Sampoerna Tinggalkan Sawit: Strategi Bisnis Baru di Tengah Prospek Cerah

Konglomerat Sampoerna Tinggalkan Bisnis Sawit


FINANSIALFAMILY - - Keputusan strategis diambil oleh Sampoerna Strategic Group pada 21 November 2025. Konglomerat ini resmi melepas kepemilikan bisnis kelapa sawit mereka melalui PT Sampoerna Agro Tbk, sebuah langkah yang menarik perhatian di tengah membaiknya industri sawit.

Aksi korporasi ini mengisyaratkan perubahan fokus perusahaan, meskipun industri kelapa sawit masih menunjukkan potensi yang besar. Pelepasan ini menandai babak baru dalam perjalanan bisnis Sampoerna.

Detail Transaksi dan Dampaknya

Proses pelepasan kepemilikan ini dilakukan melalui pengambilalihan 1,19 miliar saham PT Sampoerna Agro Tbk oleh PT AGPA Pte Ltd, yang merupakan anak usaha POSCO International Corporation. Nilai transaksi mencapai Rp 7.903 per saham, yang mencerminkan kepercayaan terhadap potensi perusahaan.

Transaksi tersebut terjadi pada Rabu, 19 November 2025, yang menunjukkan komitmen POSCO untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan transaksi ini, POSCO mengambil alih kepemilikan mayoritas, mengamankan 65,7 persen saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).

Peran Putera Sampoerna

Putera Sampoerna, pendiri Sampoerna Strategic Group (sebelumnya dikenal sebagai HM Sampoerna), merupakan penerima manfaat akhir dari transaksi ini. Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa saat ini, 34,3 persen saham SGRO dimiliki oleh masyarakat.

Keputusan ini menjadi sorotan karena dilakukan di tengah membaiknya kinerja perusahaan, sebuah langkah strategis yang patut untuk dicermati.

Sejarah Sampoerna di Industri Sawit

PT Sampoerna Agro Tbk didirikan pada tahun 1993, sebelum akhirnya mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. Pada awal abad ke-21, Sampoerna Strategic Group menjadi salah satu konglomerat yang aktif di bisnis kelapa sawit.

Dalam persaingan bisnis tersebut, Sampoerna bersaing dengan pemain besar lainnya seperti Trans Corp milik Chairul Tanjung, kelompok usaha Lippo milik James Riyadi, Djarum milik R Budi Hartono, dan Indofood milik keluarga Salim. Selain itu, ada pula investor asing dari Malaysia, China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Pengembangan Bisnis dan Luas Lahan

Selama sekitar tiga dekade, Sampoerna Strategic Group fokus mengembangkan industri perkebunan terintegrasi untuk meningkatkan nilai tambah bisnis kelapa sawit. Pada tahun 2024, Sampoerna Agro telah menguasai total 81.733 hektare perkebunan inti kelapa sawit, dua kali lipat dari kepemilikan mereka pada tahun 2007.

Sebagian besar lahan perkebunan ini berlokasi di Kalimantan Tengah dan Barat. Perseroan juga memiliki delapan pabrik pengolahan, dengan lima di antaranya berlokasi di Sumatera dan tiga di Kalimantan. Kapasitas produksi pabrik mencapai 510 ton tandan buah segar (TBS) per jam.

Selain fokus pada kelapa sawit, Sampoerna juga merambah industri sagu, dengan total luas tanam mencapai 12.781 hektare di Provinsi Riau pada akhir 2024.

Prospek Industri Sawit dan Dampaknya

Keluarnya Sampoerna Strategic Group dari industri kelapa sawit terjadi ketika industri ini sedang membaik. Senior Investment Information dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, menyatakan bahwa permintaan minyak kelapa sawit dari dalam dan luar negeri mengalami peningkatan.

Baca Juga: EMTK Melejit: Harga Saham Sentuh ATH Rp 1.700, Analisis Pendorong dan Prospek

Pemulihan permintaan global, terutama dari China dan India, serta kerja sama bilateral dan multilateral seperti ICA-CEPA dengan Kanada, memberikan dorongan positif. Pemerintah juga berencana meningkatkan campuran minyak kelapa sawit untuk biodiesel menjadi 50% dalam program B50, yang ditargetkan implementasinya pada tahun 2026.

Kinerja Keuangan Sampoerna Agro

Kinerja keuangan Sampoerna Agro menunjukkan tren positif. Laba bersih perseroan pada semester I-2025 melonjak 236% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, mencapai Rp 538,28 miliar.

Penjualan juga meningkat sebesar 45,18% menjadi Rp 3,29 triliun, didorong oleh peningkatan volume produksi dan harga jual CPO serta produk inti sawit. Kinerja saham SGRO juga menunjukkan tren kenaikan, dengan valuasi (Price-to-Earnings/PE) yang tinggi.

Meningkatnya kinerja saham ini menjadi daya tarik bagi investor, termasuk POSCO International Corporation.

Pandangan Ahli dan Perusahaan

Presiden Direktur Grup Sampoerna, Bambang Sulistyo, mengakui bahwa industri kelapa sawit di Indonesia menarik perhatian perusahaan global karena pertumbuhan signifikan di tingkat global. Hal ini menunjukkan bahwa industri kelapa sawit di Indonesia memiliki prospek yang cerah.

Meskipun demikian, Bambang Sulistyo menyatakan bahwa Grup Sampoerna terus mengkaji peluang baru sesuai dengan kebutuhan dan tren usaha saat ini, untuk berkontribusi pada perekonomian Indonesia.

Strategi Bisnis Sampoerna Selanjutnya

Grup Sampoerna akan tetap berkontribusi pada perekonomian Indonesia melalui lini bisnis strategis di bidang keuangan dan properti. Beberapa contohnya adalah PT Bank Sahabat Sampoerna, Sampoerna Kayoe, PT Sampoerna Land, dan Putera Sampoerna Foundation sebagai usaha filantropi di bidang pendidikan.

Nafan menilai bahwa strategi Sampoerna untuk masuk ke sektor potensial seperti sektor keuangan dan properti memiliki potensi keuntungan dan risiko. Perubahan fokus ini menunjukkan fleksibilitas dan adaptasi perusahaan terhadap perubahan pasar.

Sejarah Panjang: Dari Rokok ke Sawit dan Selanjutnya

Grup Sampoerna memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tahun 1913, ketika Liem Seeng Tee mendirikan bisnis rokok di Surabaya, Jawa Timur. Setelah kemerdekaan, Liem membangun kembali usahanya dengan nama PT Handel Maatschappij (HM) Sampoerna.

PT HM Sampoerna Tbk mencatatkan dirinya sebagai perusahaan publik pada 15 Agustus 1990. Kemudian, Putera Sampoerna mengembangkan bisnis rokok dan mendiversifikasi bisnis ke berbagai sektor, termasuk perbankan, ritel, dan perkayuan. Pada tahun 2004, HM Sampoerna menguasai 19% pasar rokok domestik.

Pada tahun 2005, HM Sampoerna menjual bisnis rokoknya ke Philip Morris International (PMI) dengan nilai Rp 18,5 triliun, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan industri agro di bidang sawit. PMI kini menguasai 92% saham usaha rokok HM Sampoerna.

BRITISH PROPOLIS | Suplemen Terbaik Alami

British Propolis Slide 1 British Propolis Slide 2 British Propolis Slide 3

Nama Produk: BRITISH PROPOLIS REGULER

Rp. 250.000/botol

(Gratis ONGKIR untuk Pulau Jawa)

Manfaat British Propolis:

  • Membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Berperan sebagai antibiotik alami dan detoksifikasi tubuh.
  • Membantu mempercepat penyembuhan luka bakar dan luka kulit lainnya.
  • Membantu mengatasi gangguan pencernaan ringan seperti sakit maag.
  • Sebagai pelengkap terapi untuk kondisi seperti diabetes, kolesterol tinggi, asam urat, dan beberapa jenis kanker (tetap harus dikonsultasikan dengan dokter).
  • Pada anak-anak, British Propolis Green dikhususkan untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan menjaga imunitas dari flu, batuk, dan radang amandel.

Posting Komentar untuk "Sampoerna Tinggalkan Sawit: Strategi Bisnis Baru di Tengah Prospek Cerah"