Header Ads

Miliki Saham BRIS, Ini Kata Yusuf Mansur tentang Merger 3 Bank Syariah

Miliki Saham BRIS, Ini Kata Yusuf Mansur tentang Merger 3 Bank Syariah. Sebagai salah satu pemegang saham PT BRI Syariah Tbk. (BRIS), Ustad Yusuf Mansur buka nada tentang keputusan pemerintah untuk menggabungkan tiga bank syariah BUMN. Ia berharap, merger bank syariah ini bisa menguatkan kinerja sekaligus saham BRIS.

Miliki Saham BRIS, Ini Kata Yusuf Mansur tentang Merger 3 Bank Syariah


Melalui account instagram yang dikutip Bisnis, Kamis 15 Oktober 2020, Yusuf Mansyur mengemukakan bahwa PT Bank Mandiri Syariah dan PT Bank BNI Syariah bakal dilebur ke didalam BRIS. Kedua bank itu belum go public, tapi dimiliki oleh bank induk yang sudah terbuka yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI). 

"Bank Syariah Mandiri dimiliki Bank Mandiri (BMRI). BNI Syariah dimiliki bank BNI (BBNI). Kedua bank syariah itu belum go public, tapi dimiliki induknya yg sudah go public. Kedua bank itu bakal dilebur ke BRIS," papar Yusuf Mansur.

Mengutip teori Text Book Intermediate Accounting, Yusuf Mansur menilai harusnya bakal berjalan share swap pada BMRI dan BBNI sebagai pemilik dua anak bisnis bank syariah bersama dengan menyerahkan 100 prosen saham ke BRIS. Sebaliknya, BRIS bakal menyerahkan beberapa sahamnya ke BMRI dan BBNI sebagai kompensasinya.


Oleh gara-gara itu, menurut UYM, paling bisa saja adalah BRI Syariah mengeluarkan saham baru yang bakal diserahkan ke BBNI dan BMRI. Intinya saham BRIS yang beredar bakal semakin banyak.

"Sebagai pemegang saham BRIS waktu ini, memang nanti bakal terdilusi jumlah saham kita, secara otomatis persentasenya juga. Tapi jumlah saham yang kita pegang tetap sama," imbuh pemilik Grup Paytren ini. 

Menurut ustad yang biasa disebut UYM ini, kunci merger bank syariah ini tersedia pada valuasi. Berapa valuasi BNI Syariah dan Mandiri Syariah per lembar sahamnya, dan berapa valuasi saham di BRIS. Setelah valuasi terhitung, barulah share swap terjadi.

Metode valuasi pun tersedia bermacam macam, tapi ia beranggap Net Asset Value (NAV) per lembar saham adalah yang paling adil.  Secara persentase, kepemilikan saham publik bakal terdilusi, tapi kuantitas sahamnya tetap. "Diperkirakan NAV BRIS terhitung tidak bakal melonjak sendirian dikarenakan bakal merugikan BBNI dan BMRI yg mana tersedia pemegang saham publiknya," papar UYM.

Namun, kata Yusuf Mansur, kenaikan saham BRIS tetap tersedia dikarenakan potensi pertumbuhan usaha ke depannya makin lama kuat. Pada penutupan perdagangan Rabu 14 Oktober 2020 kemarin, saham BRIS lagi-lagi menempati posisi top gainers dengan penguatan 24,89 prosen menjadi Rp1.405 per saham. "Disclaimer On. Hanya Allah SWT yang Maha Sempurna dan Maha Benar," tutupnya

Sebagai informasi, menurut sumber Bisnis, skenario merger bank syariah BUMN bakal ditunaikan melalui penyertaan modal langsung ke PT Bank BRI Syariah Tbk. dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Ekuitas dari PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah bakal dihitung sebagai penyertaan.

Dalam skema rights issue tersebut, perhitungan akhir PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai induk BSM, bakal meraih porsi saham kira-kira 50,7 persen. Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masing-masing mendapat porsi kira-kira 24 persen.

Saham publik BRI Syariah yang bakal dijadikan entitas cangkang (surviving entity) di dalam aksi korporasi itu meraih 18,34 prosen atau 2.623.350.600 lembar dengan kapitalisasi pasar Rp 10,93 triliun.  (Sumber : Bisnis Tempo)

Posting Komentar

0 Komentar